Tanaman Buah Alpukat

Buah Alpukat
Alpukat adalah buah yang dibilang unik. Berbeda dengan buah lain, alpukat mengandung lemak yang lumayan tinggi yakni 6,50 – 25,18 gram per 100 gram daging buah.Keberadaan tanaman alpukat di Indonesia telah cukup lama sekitar dua abad yang lalu. Pengembangan tanaman alpukat di tanah air tampaknya belum merata.
Di antara buah-buahan, rasa alpukat unik. Rasanya bukan manis atau pun masam, tetapi rasanya seperti kacang-kacangan. Rasa ini berasal dari daging buah yang konsistensinya menyerupai mentega. Buah alpukat biasanya dimakan segar, karena daging buahnya akan pahit rasanya bila dimasak, disebabkan oleh tanin yang terdapat dalam daging buah. Daging buah alpukat dapat dimakan dengan diulasi air jeruk nipis, air jeruk, atau cuka. Buah alpukat dapat dibelah, kemudian bagian cekung dari daging buah diisi dengan daging udang atau daging kepiting. Daging buah alpukat yang dipotong-potong dapat dicampur dengan sayuran untuk dibuat salad.


Daging buah alpukat dapat pula dikeringkan kemudian dimasukkan kedalam sop pemudian dimasukkan kedalam sop panas tepat sebelum sop dihidangkan. Daging buah alpukat dapat juga direndam dalam air cuka (pickled), atau dilumatkan dan kemudian digunakan sebagi bahan penambah rasa pada es krim. Di beberapa daerah di Jawa, daging buah alpukat dicampur dengan kopi manis sebagai makanan penutup (desert).

Biji buah alpukat menghasilkan cairan seperti susu yang baunya seperti almond. Cairan ini akan berubah warnanya menjadi hitam-merah dan pada waktu bangsa Spanyol menaklukkan Amerika Selatan, digunakan sebagai tinta yang tak dapat dimakan.

Beberapa varietas alpukat buahnya beracun bila belum masak. Demikian pula halnya dengan daunnya. Pengujian pada hewan menunjukkan bahwa daun varietas-varietas berakibat fatal pada hewan pada beberapa kasus pengujian.

Masyarakat kita, khususnya masyarakat kota, hanya sekedar menkonsumsi buah alpukat dalam bentuk sari juice buahnya bersama sirop dan penyedap lain. Padahal, buah alpukat merupakan buah yang memiliki nilai nutrisi, kandungan lemak, dan energi buah yang tinggi. Buah alpukat bukan hanya sekedar sumber vitamin dan mineral, tetapi dapat pula dijadikan bahan pangan dan penyedia energi. Pola konsumsi yang hanya minum buah alpukat seyogianya dapat diubah menjadi pola konsumsi makan buah alpukat, khususnya bagi masyarakat di daerah wilayah dataran tinggi dan desa terpencil.

Dalam perdagangan dunia, buah alpukat merupakan komoditas buah yang penting; volume perdagangannya menempati urutan kelima susudah jeruk, pisang, nenas, dan mangga. Pengembangan tanaman alpukat di tanah air pada era agribisnis saat ini kiranya akan dapat memberikan manfaat dan meningkatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat dan ekonomi, khususnya dalam usaha perbaikan kesehatan gizi, serta sosial ekonomi dan lingkungan hidup.

Tanaman alpukat merupakan tanaman buah berupa pohon dengan nama alpuket (Jawa Barat), alpokat (Jawa Timur/Jawa Tengah), boah pokat, jamboo pokat (Batak), advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat (Lampung) dan lain-lain.

Tanaman alpukat bukan tanaman asli Indonesia, tanaman alpukat berasal dari dataran rendah/tinggi Amerika Tengah dan diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-18. Secara resmi antara tahun 1920-1930 Indonesia telah mengintroduksi 20 varietas alpukat dari Amerika Tengah dan Amerika Serikat untuk memperoleh varietas-varietas unggul guna meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya di daerah dataran tinggi.

JENIS TANAMAN ALPUKAT

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill

Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:

- Ras Meksiko

Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan ketinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.

- Ras Guatemala

Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.

- Ras Hindia Barat

Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah.

Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Varietas unggul

Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar.

Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:

Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.
Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dengan tepi berombak.
Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.
Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg
Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).
Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.
Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.
Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.
Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).

2) Varietas lain

Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.

3) Botani tanaman alpukat

Tanaman alpukat (Persea americana Mill atau Persea gratisima Gaertin) wujud atau bentuk pohonnya bermacam-macam, mulai dari pohon lurus dengan batang yang kokoh kuat sampai pohon-pohon yang lebih kecil merimbun seperti semak. Tanaman alpukat asal biji dapat mencapai ketinggian 15 m - 20 m, sedangkan tanaman alpukat hasil mengenten dan mengokulasi lebih rendah. Batangnya alpukat bercabang rendah dengan tajuk pohon berdaun rapat. Daunnya alpukat berwarna hijau tua, berbentuk runcing sampai agak melebar, sepanjang 10 cm - 20 cm, daun-daun muda berwarna agak kemerah-merahan atau merah anggur.

Tanaman alpukat tergolong tanaman yang berbunga banyak. Bunga alpukat aneh, yaitu semua bunga yang mekar di suatu pohon pada suatu ketika semuanya adalah bunga betina, dan pada ketika lain adalah bunga jantan. Bunga alpukat memiliki sifat yang disebut dikogami (dichogami), yaitu putik dan benang pada bunga masak secara tidak bersamaan. Bila putik dan benang sari masak secara bersamaan disebut bunga homogami. Bunga dikogami seperti bunga alpukat ini tidak mungkin melakukan penyerbukan sendiri. Putik bunganya berfungsi bila mengalami penyerbukan silang dari bungan pohon lain.

Dari sumber yang lain, dikatakan bahwa bunga alpukat berjenis kelamin dua, bunganya tersusun dalam malai pada tunas pucuk dan tunas terminal. Bunga alpukat memiliki sifat unik: meskipun berjenis kelamin dua, penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi.Bunga alpukat mekar dua kali sehari. Dengan demikian dalam sebagian dari satu hari suatu pohon fungsional merupakan pohon betina dan pada bagian hari yang lain merupakan pohon jantan. Pohon-pohon yang bunganya untuk pertama kali mekar pada pagi hari dan untuk ke dua kali pada sore hari diklasifikasi sebagai varietas "Tipe A" (betina pada pagi hari, jantan pada sore hari). Pohon-pohon yang pertama kali mekar pada sore hari dan mekar ke dua kali pada pagi berikutnya termasuk varietas "Tipe B" (betina pada sore hari, jantan pada pagi hari).

Setiap hari ada bunga baru yang mekar dalam musim berbunga, dan ternyata terjadi cukup pertumpang-tindihan (overlap) untuk terjadinya pembuahan. Banyak pekebun alpukat percaya bahwa produksi tinggi dapat diperoleh bila ditanam varietas "Tipe A" dan "Tipe B" bersama dalam kebun yang sama.

Buah alpukat berbiji tunggal besar. Biji dikelilingi daging buah yang tebal dan kulit buah biasanya tebal, bervariasi menurut varietas.

Proses pembuahan pada tanaman alpukat sama dengan tanaman buah-buahan yang lain. Setelah terjadi penyerbukan, yaitu berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik, bila keduanya subur dan masak, terjadilah perkecambahan serbuk sari. Serbuk sari akan berkecambah tumbuh memanjang menjadi tabung sari (pollen tube), lalu bergerak masuk kedalam saluran tangkai putik (canalis stylinus), menuju kandung embrio (saccus embryonalis). Setelah itu, intisari atau sperma bersatu membuat bakal buah, membentuk zygote yang akan tumbuh menjadi embrio. Embrio adalah calon tanaman yang memiliki bakal akar (radicula), bakal batang (cauliculus), dan tunas (plumula). Setelah pembuahan tersebut maka pada stadia awal terjadilah secara cepat pembelahan dan pembesaran sel secara mitosis pada bakal buah (ovarium) dan bakal biji (ovulum). Sel-sel bakal buah akan membentuk jaringan daging dan kulit buah, yang disebut pericarp (pericarpium). Jaringan pericarp ini tersusun oleh tiga lapis jaringan, yaitu jaringan eksocarp, jaringan mesocarp, dan jaringan endocarp. Buah alpukat berukuran kecil sampai besar, beratnya bervariasi antara 100 gr - 2.300 gr; berbentuk beragam, ada yang bulat, bulat lonjong, bulat agak runcing pada tangkai, atau bulat seperti bolam. Buah alpukat dinyatakan sebagai buah yang unik, merupakan satu-satunya buah berlemak dengan komposisi nutrisi dan energi yang tinggi. Selain itu, alpukat masih memiliki sifat unik lainnya, yaitu meskipun telah tua, buah alpukat tidak akan masak di pohon. Sifat buah alpukat ini dimanfaatkan para petani untuk menangguhkan panen. Dengan kata lain, buah alpukat dapat disimpan di pohon.

MANFAAT TANAMAN ALPUKAT

Bagian tanaman alpukat yang banyak dimanfaatkan adalah buahnya sebagai makanan buah segar. Selain itu pemanfaatan daging buah alpukat yang biasa dilakukan masyarakat Eropa adalah digunakan sebagai bahan pangan yang diolah dalam berbagai masakan. Manfaat lain dari daging buah alpukat adalah untuk bahan dasar kosmetik. Bagian lain yang dapat dimanfaatkan adalah daunnya yang muda sebagai obat tradisional (obat batu ginjal, rematik).

SENTRA PENANAMAN ALPUKAT

Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.

SYARAT PERTUMBUHAN TANAMAN ALPUKAT
1. Iklim

Angin diperlukan oleh tanaman alpukat, terutama untuk proses penyerbukan.
Namun demikian angin dengan kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat dapat mematahkan ranting dan percabangan tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.

Pohon alpukat hanya memerlukan syarat-syarat yang moderat mengenai kebasahan: curah hujan 1.000 - 1500 mm/tahun sudah mencukupi. Sedangkan minimumnya adalah 750mm/th. Malah diketahui bahwa di Indonesia bagian Timur di mana curah hujan hanya sekitar 500 mm/tahun, pohon alpukat masih dapat tumbuh. Perlu diperhatikan bahwa kebutuhan akan air sangat kritis pada waktu pohon berkembang dan pada waktu pembentukan buah. Juga kebutuhan akan air sangat kritis tiga bulan sesudah pohon berkembang, yaitu saat buah tumbuh maksimum dan berlanjut sampai buah benar-benar tua.

Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh dengan subur pada dataran rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500 mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal (2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman air tanah maksimal 2 m.

Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan alpukat berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia Barat.

Secara umum, suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Bagi varietas-varietas alpukat Indonesia suhu optimum adalah sekitar 25 - 30 derajat C (siang hari) dan 15 - 20 derajat C (malam hari). Mengingat tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai -4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C.

Periode dengan suhu malam hari yang dingin dan berkepanjangan, seperti yang biasanya terjadi antara bulan Juli dan Agustus, akan merangsang produksi bunga. Pohon-pohon alpukat yang sudah mapan dapat mentoleransi suhu sampai setinggi 40 derajat C, tetapi tidak dapat mentoleransi kombinasi suhu > 40 derajat C yang berkepanjangan dan kelembaban rendah, yang mengakibatkan stress dan berkurangnya produktivitas.

Pohon alpukat tidak toleran terhadap penggenangan yang berkepanjangan, karenanya sangat penting untuk menanam pohon alpukat di daerah-daerah dengan struktur tanah yang mudah terdrainase.

2. Media Tanam Alpukat

Tanaman alpukat agar tumbuh optimal memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, (sistem drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung bahan organik.

Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam), lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam).

Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral, (5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn akan berkurang.

3. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko dan Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 m dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.

PEDOMAN BUDIDAYA ALPUKAT
1) Pembibitan Alpukat
1.1) Persyaratan Bibit Alpukat

Bibit yang baik antara lain yang berasal dari :

a) Buah yang sudah cukup tua.
b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan adanya persarian bersilang.

1.2) Penyiapan Bibit Alpukat
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat diperoleh secara generatif (melalui biji) dan vegetatif (penyambungan pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena tanaman lama berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang sama dengan induknya.

1.3) Teknik Penyemaian Bibit Alpukat
a. Penyambungan pucuk (enten)
Pohon pokok yang digunakan untuk enten adalah tanaman yang sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji yang berasal dari buah yang telah tua dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan yang penting jaringan pada pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup pada tanaman pokok. Enten-enten yang telah disambung diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab. Setiap hari tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman disemprot fungisida. Pada musim kering hama tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane.

Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya dilakukan pada saat permulaan musim hujan.

b. Penyambungan mata (okulasi)
Pembuatan bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan. Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat, dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari kayunya. Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu yang telah disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan berhasil. Selanjutnya 10-15 hari setelah penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan.

Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%) dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara 15-25 derajat C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali. Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan 1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila perlu saja.

2) Pengolahan Media Tanam Alpukat
Lahan untuk tanaman alpukat harus dikerjakan dengan baik; harus bersih dari pepohonan, semak belukar, tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu. Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul halus 2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim hujan.

3) Teknik Penanaman Alpukat
3.1) Pola Penanaman Alpukat

Pola penanaman alpukat sebaiknya dilakukan secara kombinasi antara varietasvarietasnya. Hal ini mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar, waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon, nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.

3.2) Pembuatan Lubang Tanam

* Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm. Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama lebih kurang 2 minggu.
* Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan.
* Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang.
* Lubang tanam yang telah tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang tanam.

3.3) Cara Penanaman Alpukat

Waktu penanaman yang tepat adalah pada awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan. Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut:

* Lubang tanam yang telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah bibit.
* Bibit dikeluarkan dari keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap utuh.
* Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
* Setiap bibit sebaiknya diberi naungan untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas baru atau lebih kurang 2-3 minggu.

4) Pemeliharaan Tanaman Alpukat
4.1) Penyiangan

Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.

4.2) Penggemburan Tanah

Tanah yang setiap hari disiram tentu saja akan semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan hati-hati agar akar tidak putus.

4.3) Penyiraman

Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu disiram lagi.

4.4) Pemangkasan Tanaman Alpukat

Pemangkasan hanya dilakukan pada cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati. Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya diberi fungisida/penutup luka.

4.5) Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat diperlukan program pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem perakaran tanaman alpukat, khususnya akarakar rambutnya, hanya sedikit dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak sering dengan dosis kecil. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea (45% N), TSP (50% P), dan KCl (60% K) maka untuk tanaman berumur muda (1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1 kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun. Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam 30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk tanaman, melingkari tanaman.

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN ALPUKAT
1. Hama pada Daun
1.1. Ulat kipat (Cricula trisfenestrata Helf)
Ciri: Panjang tubuh 6 cm, berwarna hitam bercak-bercak putih dan dipenuhi rambut putih. Kepala dan ekor berwarna merah menyala.

Gejala: Daun-daun tidak utuh dan terdapat bekas gigitan. Pada serangan yang hebat, daun habis sama sekali tetapi tanaman tidak akan mati, dan terlihat kepompong bergelantungan.

Pengendalian: Menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif monokrotofos atau Sipermetein, misal Cymbush 50 EC dengan dosis 1-3 cc/liter atau Azodrin 15 WSC dengan dosis 2-3 cc/liter.

1.2. Ulat kupu-kupu gajah (Attacus atlas L.)
Ciri: Sayap kupu-kupu dapat mencapai ukuran 25 cm dengan warna coklat kemerahan dan segitiga tansparan. Ulat berwarna hijau tertutup tepung putih, panjang 15 cm dan mempunyai duri yang berdaging. Pupa terdapat di dalam kepompong yang berwarna coklat.

Gejala: Sama dengan gejala serangan ulat kipat, tetapi kepompong tidak bergelantungan melainkan terdapat di antara daun.

Pengendalian: Sama dengan pemberantasan ulat kipat.

1.3. Aphis gossypii Glov/A. Cucumeris, A. cucurbitii/Aphis kapas.

Ciri: Warna tubuh hijau tua sampai hitam atau kunig coklat. Hama ini mengeluarkan embun madu yang biasanya ditumbuhi cendawan jelaga sehingga daun menjadi hitam dan semut berdatangan.

Gejala: Pertumbuhan tanaman terganggu. Pada serangan yang hebat tanaman akan kerdil dan terpilin.

Pengendalian: Disemprot dengan insektisida berbahan aktif asefat/dimetoat, misalnya Orthene 75 SP dengan dosis 0,5-0,8 gram/liter atau Roxion 2 cc/liter.

1.4. Kutu dompolan putih (Pseudococcus citri Risso)/Planococcus citri Risso

Ciri: Bentuk tubuh elips, berwarna coklat kekuningan sampai merah oranye, tertutup tepung putih, ukuran tubuh 3 mm, mempunyai tonjolan di tepi tubuh dengan jumlah 14-18 pasang dan yang terpanjang di bagian pantatnya.

Gejala: Pertumbuhan tanaman terhambat dan kurus. Tunas muda, daun, batang, tangkai bunga, tangkai buah, dan buah yang terserang akan terlihat pucat, tertutup massa berwarna putih, dan lama kelamaan kering.

Pengendalian: Disemprot dengan insektisida yang mengandung bahan aktif formotion, monokrotofos, dimetoat, atau karbaril. Misalnya anthion 30 EC dosis 1-1,5 liter/ha, Sevin 85 S dosis 0,2% dari konsentrasi fomula.

1.5. Tungau merah (Tetranychus cinnabarinus Boisd)

Ciri: Tubuh tungau betina berwarna merah tua/merah kecoklatan, sedangkan tungau jantan hijau kekuningan/kemerahan. Terdapat beberapa bercak hitam, kaki dan bagian mulut putih, ukuran tubuh 0,5 mm.

Gejala: Permukaan daun berbintikbintik
kuning yang kemudian akan berubah menjadi merah tua seperti karat. Di bawah permukaan daun tampak anyaman benang yang halus. Serangan yang hebat dapat menyebabkan daun menjadi layu dan rontok.

Pengendalian:
Disemprot dengan akarisida Kelthan MF yang mengandung bahan aktif dikofoldan, dengan dosis 0,6-1 liter/ha.

2. Hama pada Buah
2.1. Lalat buah Dacus (Dacus dorsalis Hend.)

Ciri: Ukuran tubuh 6 - 8 mm dengan bentangan sayap 5 - 7 mm. Bagian dada berwarna coklat tua bercak kuning/putih dan bagian perut coklat muda dengan pita coklat tua. Stadium larva berwarna putih pada saat masih muda dan kekuningan setelah dewasa, panjang tubuhnya 1 cm.

Gejala: Terlihat bintik
hitam/bejolan pada permukaan buah, yang merupakan tusukan hama sekaligus tempat untuk meletakkan telur. Bagian dalam buah berlubang dan busuk karena dimakan larva.

Pengendalian: Dengan umpan minyak citronella/umpan protein malation akan mematikan lalat yang memakannya. Penyemprotan insektisida dapat dilakukan antara lain dengan Hostathion 40 EC yang berbahan aktif triazofos dosis 2 cc/liter dan tindakan yang paling baik adalah memusnahkan semua buah yang terserang atau membalik tanah agar larva terkena sinar
matahari dan mati.

2.2. Codot (Cynopterus sp)

Ciri: Tubuh seperti kelelawar tetapi ukurannya lebih kecil menyerang buahbuahan pada malam hari.

Gejala: Terdapat bagian buah yang berlubang bekas gigitan. Buah yang terserang hanya yang telah tua, dan bagian yang dimakan adalah daging buahnya saja.

Pengendalian: Menangkap codot menggunakan jala/menakut-nakutinya menggunakan kincir angin yang diberi peluit sehingga dapat menimbulkan suara.

3. Hama pada Cabang/Ranting
3.1. Kumbang bubuk cabang (Xyleborus coffeae Wurth / Xylosandrus morigerus Bldf).

Ciri: Kumbang yang lebih menyukai tanaman kopi ini berwarna coklat tua dan berukuran 1,5 mm. Larvanya berwarna putih dan panjangnya 2 mm.

Gejala: Terdapat lubang yang menyerupai terowongan pada cabang atau ranting. Terowongan itu dapat semakin besar sehingga makanan tidak dapat tersalurakan ke daun, kemudian daun menjadi layu dan akhirnya cabang atau ranting tersebut mati.

Pengendalian: Cabang/ranting yang terserang dipangkas dan dibakar. Dapat juga disemprot insektisida berbahan aktif asefat atau diazinon yang terkandung dalam Orthene 75 SP dengan dosis pemberian 0,5-0,8 gram/liter dan Diazinon 60 EC dosis 1-2 cc/liter.

4. Penyakit yang disebabkan Jamur
4.1. Antraknosa

Penyebab: Jamur Colletotrichum gloeosporioides (Penz.) sacc. Yang mempunyai miselium berwarna cokleat hijau sampai hitam kelabu dan sporanya berwarna jingga.

Gejala: Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, kecuali akar. Bagian yang terinfeksi berwarna cokelat karat, kemudian daun, bunga, buah/cabang tanaman yang terserang akan gugur.

Pengendalian: Pemangkasan ranting dan cabang yang mati. Penelitian buah dilakukan agak awal (sudah tua tapi belum matang). Dapat juga disemprot dengan fungisida yang berbahan aktif maneb seperti pada Velimex 80 WP. Fungisida ini diberikan 2 minggu sebelum pemetikan dengan dosis 2-2,5 gram/liter.

4.2. Bercak daun atau bercak cokelat

Penyebab: cercospora purpurea Cke./dikenal juga dengan Pseudocercospora purpurea (Cke.) Derghton. Jamur ini berwarna gelap dan menyukai tempat lembab.

Gejala: bercak cokelat muda dengan tepi cokelat tua di permukaan daun atau buah. Bila cuaca lembab, bercak cokelat berubah menjadi bintik-bintik kelabu. Bila dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi lubang yang dapat dimasuki organisme lain.

Pengendalian: Penyemprotan fungisida Masalgin 50 WP yang mengandung benomyl, dengan dosis 1-2 gram/liter atau dapat juga dengan mengoleskan bubur Bordeaux.

4.3. Busuk akar dan kanker batang
Penyebab: Jamur Phytophthora yang hidup saprofit di tanah yang mengandung bahan organik, menyukai tanah basah dengan drainase jelek.

Gejala: Bila tanaman yang terserang akarnya maka pertumbuhannya menjadi terganggu, tunas mudanya jarang tumbuh. Akibat yang paling fatal adalah kematian pohon. Bila batang tanaman yang terserang maka akan tampak perubahan warna kulit
pada pangkal batang.

Pengendalian: drainase perlu diperbaiki, jangan sampai ada air yang menggenang/dengan membongkar tanaman yang terserang kemudian diganti dengan tanaman yang baru.

4.4. Busuk buah
Penyebab: Botryodiplodia theobromae pat. Jamur ini menyerang apabila ada luka pada permukaan buah.

Gejala: Bagian yang pertama kali diserang adalah ujung tangkai buah dengan tanda adanya bercak cokelat yang tidak teratur, yang kemudian menjalar ke bagian buah. Pada kulit buah akan timbul tonjolan-tonjolan kecil.

Pengendalian: Oleskan bubur Bordeaux/ semprotkan fungisida Velimex 80 WP yang berbahan aktif Zineb, dengan dosis 2-2,5 gram/liter.

PANEN TANAMAN ALPUKAT
1) Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri buah yang sudah tua tetapi belum masak adalah:
a) warna kulit tua tetapi belum menjadi cokelat/merah dan tidak mengkilap;
b) bila buah diketuk dengan punggung kuku, menimbulkan bunyi yang nyaring;
c) bila buah digoyang-goyang, akan terdengar goncangan biji.

Penetapan tingkat ketuaan buah tersebut memerlukan pengalaman tersendiri. Sebaiknya perlu diamati waktu bunga mekar sampai enam bulan kemudian, karena buah alpukat biasanya tua setelah 6-7 bulan dari saat bunga mekar. Untuk memastikannya, perlu dipetik beberapa buah sebagai contoh. Bila buah-buah contoh tersebut masak dengan baik, tandanya buah tersebut telah tua dan siap dipanen.

2) Cara Panen
Umumnya memanen buah alpukat dilakukan secara manual, yaitu dipetik menggunakan tangan. Apabila kondisi fisik pohon tidak memungkinkan untuk dipanjat, maka panen dapat dibantu dengan menggunakan alat/galah yang diberi tangguk kain/goni pada ujungnya/tangga. Saat dipanen, buah harus dipetik/dipotong bersama sedikit tangkai buahnya (3-5 cm) untuk mencegah memar, luka/infeksi pada bagian dekat tangkai buah.

3) Periode Panen
Biasanya alpukat mengalami musim berbunga pada awal musim hujan, dan musim berbuah lebatnya biasanya pada bulan Desember, Januari, dan Februari. Di Indonesia yang keadaan alamnya cocok untuk pertanaman alpukat, musim panen dapat terjadi setiap bulan.

4) Prakiraan Produksi
Produksi buah alpukat pada pohon-pohon yang tumbuh dan berbuah baik dapat mencapai 70-80 kg/pohon/tahun. Produksi rata-rata yang dapat diharapkan dari setiap pohon berkisar 50 kg.

PASCAPANEN
1. Pencucian
Pencucian dimaksudkan untuk menghilangkan segala macam kotoran yang menempel sehingga mempermudah penggolongan/penyortiran. Cara pencucian tergantung pada kotoran yang menempel.

2. Penyortiran
Penyortiran buah dilakukan sejak masih berada di tingkat petani, dengan tujuan memilih buah yang baik dan memenuhi syarat, buah yang diharapkan adalah yang memiliki ciri sebagai berikut:
1. Tidak cacat, kulit buah harus mulus tanpa bercak.
2. Cukup tua tapi belum matang.
3. Ukuran buah seragam. Biasanya dipakai standar dalam 1 kg terdiri dari 3 buah atau berbobot maksimal 400 g.
4. Bentuk buah seragam. Pesanan paling banyak adalah yang berbentuk lonceng.

Buah yang banyak diminta importir untuk konsumen luar negeri adalah buah alpukat yang dagingnya berwarna kuning mentega tanpa serat. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, semua syarat tadi tidak terlalu diperhitungkan.

3. Pemeraman dan Penyimpanan
Alpukat baru dapat dikonsumsi bila sudah masak. Untuk mencapai tingkat kemasan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari setelah petik (bila buah dipetik pada saat sudah cukup ketuaannya). Bila tenggang waktu tersebut akan dipercepat, maka buah harus diperam terlebih dulu. Untuk keperluan ekspor, tidak perlu dilakukan pemeraman karena tenggang waktu ini disesuaikan dengan lamanya perjalanan untuk sampai di tempat tujuan.

Cara pemeraman alpukat masih sangat sederhana. Pada umumnya hanya dengan memasukkan buah ke dalam karung goni, kemudian ujungnya diikat rapat. Setelah itu karung diletakkan di tempat yang kering dan bersih. Karena alpukat mempunyai umur simpan hanya sampai sekitar 7 hari (sejak petik sampai siap dikonsumsi), maka bila ingin memperlambat umur simpan tersebut dapat dilakukan dengan menyimpannya dalam ruangan bersuhu 5 derajat C. Dengan cara tersebut, umur penyimpanan dapat diperlambat samapai 30-40 hari.

4. Pengemasan dan Pengangkutan
Kemasan adalah wadah/tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas. Kemasan untuk pasar lokal berbeda dengan yang untuk diekspor. Untuk pemasaran di dalam negeri, buah alpukat dikemas dalam karung-karung plastik/keranjang, lalu diangkut dengan menggunakan truk. Sedangkan kemasan untuk ekspor berbeda lagi, yaitu umumnya menggunakan kotak karton berkapasitas 5 kg buah alpukat. Sebelum dimasukkan ke dalam kotak karton, alpukat dibungkus kertas tissue, kemudian diatur sususannya dengan diselingi penyekat yang terbuat dari potongan karton.

STANDAR PRODUKSI

1) Ruang Lingkup

Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.

2) Diskripsi

Alpukat adaalah buah tanaman apaokat (Persea Americana MILL) dalam keadaan cukup tua, utuh, segar dan bersih.

3) Klasifikasi dan Standar Mutu

Alpokat digolongkan dalam 3 macam ukuran berdasarkan berat, yaitu:
a) Alpokat besar : 451-550 gram/buah
b) Alpokat sedang : 351-450 gram/buah
c) Alpokat kecil : 250-350 gram/buah

Sedangkan syarat mutu adalah sebagai berikut:
a) Kesamaan sifat varietas: mutu I seragam; mutu II seragam; cara pengujian organoleptik
b) Tingkat ketuaan: mutu I tua tapi tidak terlalu matang; mutu II tua tapi tidak terlalu matang; cara pengijian organoleptik.
c) Bentuk: mutu I normal; mutu II kurang normal; cara pengujian organoleptik
d) Kekerasan: mutu I keras; mutu II keras; cara pengujian Organoleptik
e) Ukuran: mutu I seragam; mutu II kurang seragam; cara pengujian SP-SMP-309-1981
f) Kerusakan (bobot/bobot): mutu I maks 5%; mutu II 10%; cara pengujian SP-SMP-310-1981
g) Busuk (bobot/bobot): mutu I maks 1%; mutu II 2%; cara pengujian SP-SMP-311-1981
h) Kotoran: mutu I bebas; mutu II bebas; cara pengujian organoleptik

4) Pengambilan Contoh
Setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.

a) Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5.
b) Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang diambil 7.
c) Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang diambil 9.
d) Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 10.
e) Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 15.

5) Pengemasan
Buah alpukat disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dalam keranjang bambu/bahan lain yang sesuai dengan/tanpa bahan penyekat, ditutup dengan anyaman bambu/bahan lain, kemudian diikat dengan tali bambu/bahan lain. Isi kemasan tidak melebihi permukaan kemasan dengan berat bersih maksimum 20 kg. Di bagian luar kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain: nama barang, golongan ukuran, jenis mutu, daerah asal, nama/kode perusahaan/eksportir, berat bersih, hasil Indonesia dan tempat/negara tujuan.

Nutrisi Buah Alpukat
Lemak yang terdapat dalam alpukat sebagian besar (63%) merupakan asam lemak tak jenuh tunggal yang lebih dibutuhkan oleh tubuh manusia. Selain itu, menurut Irmanida Batubara, SSi., MSi, Staf Pengajar Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan IPA, IPB, metabolit sekunder yang ditemukan dalam daging buah alpukat antara lain tannin, glutation, lesitin, saponin, alkaloid, dan flavonoid.

Kandungan nutrisi buah Alpukat per 100 gram porsi makanan

Kandungan
Jumlah
Energi
85 – 233 kal
Air
67,49 g -84,3 g
Protein
0,27 – 1,7 g
Lemak
6,50 – 25,18 g
Karbohidrat
5,56 g – 8 g
Abu
0,70g – 1,4 g
Vitamin A
0,13 – 0,51 mg
Vitamin B1
0,025 mg – 0,12 mg
Vitamin B2
0,13 – 0,23 mg
Vitamin B3
0,79 – 2,16 mg
Vitamin B6
0,45 mg
Vitamin C
2,3 – 37 mg
Vitamin D
0,01 mg
Vitamin E
3 mg
Vitamin K
0,008 mg
Kalsium
10 mg
Besi
0,9 mg
Fosforus
20 mg
Kalium
604 mg
Natrium
4 mg
Serat
1,6 g

Berbagai bagaian tanaman alpukat dapat dimanfaatkan untuk kesehatan dan kecantikan. Untuk kesehatan, daging buahnya dapat dimanfaatkan untuk sariawan, menurunkan kadar kolesterol (LDL). Alpukat bermanfaat untuk mengobati luka bernanah.

Lemak pada alpukat bersifat antioksidan yang sangat berguna untuk mencegah kerusakan arteri akibat keganasan kolesterol LDL. Karena rasio kalium-natriumnya lebih besar dari 5:1, maka alpukat dapat menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah. Kandungan serat dan glutationnya membantu sistem pencernaan dan membuang sisa pencernaan yang beracun.


Daging buah lapukat ini, baik dikonsumsi oleh penderita HIV/AIDS. Karena kandungan lemaknya yang tinggi berfungsi sebagai sumber energi yang sangat dibutuhkan tubuh, serta kandungan glutationnya dapat meningkatkan kekebalan tubuh.


Bagi penderita diabetes, daging alpukat mampu melindungi fungsi hati akibat hepatitis (Hep C Connection, 2001). Vitamin E yang terkandung dalam buah alpukat akan bertindak sebagai antioksidan yang dapat mencegah kerusakan sel dari radikal bebas.

Biji alpukat bisa mengobati sakit gigi dan kencing manis. Daunnya yang berbentuk bulat telur memanjang pun juga sangat berkhasiat. Terutama untuk memperlancar kencing, mengobati kencing batu, batu ginjal, darah tinggi, sakit kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung, saluran pernafasan membengkak, sakit punggung, sakit perut, disentri, dan menstruasi tidak teratur. Kulit kayu alpukat bisa mengiobati penyakit eksim.

Alpukat juga banyak digunakan untuk perawatan kecantikan.
Daging buahnya yang penuh vitamin E dapat dijadikan pelembut, penghalus kulit, pembersih muka, penghitam rambut dan pendingin mata. Sementara kulit bagian dalam buah alpukat mengandung senyawa humektan yang dapat menahan kelembapan.

Minyak alpukat digunakan sebagai kosmetika dan pada pembuatan lotion yang halus untuk tangan dan kulit.

Bila Anda berkeinginan menanam alpukat lebih baik jangan menanam bijinya, sebab lama sekali baru berbuah, kadang-kadang ada yang mandul. Untuk mendapatkan buah yang memuaskan, dianjurkan menggunakan pohon-pohon hasil okulasi. Pohon-pohon muda ini banyak dijual di kebun tanaman. Anda tertarik, segeralah menanam alpukat maka Anda telah berinvestasi buat masa depan.

Karakteristik Pasar Ekspor.
Eropa merupakan pengimpor buah alpukat terbesar di dunia, sedangakn Perancis merupakan negara pengimpor buah alpukat terbesar di Masyarakat Eropa (ME).

Perlu diperhatikan bahwa statistik Eropa untuk tahun 1993 seluruhnya tidak mengemukakan keadaan sebenarnya disebabkan adanya kesalahan-kesalahan pada pelaporan perdagangan intra-ME. Dengan demikian sekali pun statistik impor ME masih digunakan juga untuk berbagai barang impor yang diliput dalam ADP Postharvest and Marketing Manual, namun statistik tahun 1992 lebih mewakili, khususnya bagi produk seperti buah alpukat yang luas diperdagangkan pada perdagangan intra-ME.

Varietas yang disukai di pasaran Eropa adalah varietas-varietas sub-tropik seperti Hass dan Fuerte yang berukuran lebih kecil dari varietas-varietas yang terdapat di Indonesia. Dewasa ini hanya Meksiko yang merupakan pemasok buah alpukat berukuran besar, karena pemasok-pemasok utama ke Eropa (dan Amerika Seikat) lainnya hanya membudidayakan varietas-varietas sub-tropis. Kini setelah para importir buah a importir buah alpukat menyadari adanya perbedaan ukuran, mereka lebih menyukai mengimpor varietas-varietas tropik yang berukuran besar. Karenanya, para pemasok buah alpukat tropik seperti Indonesia menghadapi peluang besar di masa depan.

Perancis mengimpor 84.700 ton buah alpukat senilai ECU 99,9 juta dalam tahun 1992. Dilihat dari sudut volume impor, Perancis merupakan pengimpor buah alpukat terbesar di ME. Hal ini karena Perancis merupakan lokasi masuknya buah alpukat ke dalam ME. Dari seluruh impor buah alpukat dalam tahun 1992, Perancis mengekspor-ulang 11,700 ton (senilai ECU 14,2 juta) ke negara-negara ME. Dalam tahun 1992 negara-negara pengekspor buah alpukat ke Perancis ialah Israel (38%), Spanyol (15%), Afrika Selatan (17%), Meksiko (10%), dan Kenya (5 %). Khususnya buah alpukat dari Israel memasuki Perancis antara Oktober dan April. Spanyol memasok pasaran buah alpukat Perancis pada semua bulan kecuali bulan Juni, Juli dan Agustus. Buah alpukat Afrika Selatan masuk dari April sampai September, sedang Meksiko memasok antara bulan September dan Desember. Kenya memasok buah alpukat dari Mei sampai September.

Negeri Belanda. Impor buah alpukat Negeri Belanda pada tahun 1992 sebesar 7.900 ton (ECU 9,9 juta) adalah peningkatan dengan 106% dari impornya pada tahun 1988. Pengekspor buah alpukat terbesar ke Negeri Belanda ialah Afrika Selatan yang memasok 40% dari pasaran buah alpukat di Negeri Belanda pada tahun 1992, di1992, diikuti oleh Spanyol (18%), Perancis (15%), dan Kenya (10%). Musim ekspor ke Negeri Belanda bagi negera-negara pengekspor buah alpukat tersebut ini tidak berbeda dengan musim ekspornya ke Perancis, walaupun impor buah alpukat Negeri Belanda menunjukkan kenaikan antara Mei dan November dengan puncak yang mencolok pada bulan Juni. Impor dari Perancis boleh dibilang berlangsung tiap bulan, namun bagian terbesar impor dari Perancis berlangsung dari Oktober sampai Maret.

Jerman. Volume impor buah alpukat pada tahun 1992 yang sebesar 10.000 ton (ECU 12,2 juta) merupakan peningkatan dengan 68% dari impor buah alpukat pada tahun 1988. Perancis merupakan pemasok buah terbesar (47%) pasar buah alpukat Jerman, diikuti Negeri Belanda yang memasok 33% dari pasar buah alpukat Jerman. Dibandingkan dengan angka-angka untuk tahun 1988, impor buah alpukat dari Negeri Belanda meningkat dengan 272%, yang menggantikan impor dari Israel yang menurun dengan 88% pada tahun 1992 bila dibandingkan dengan impor buah alpukat dari Israel pada tahun 1988. Pemasok buah alpukat untuk Jerman yang berarti pada tahun 1992 ialah Afrika Selatan (5%), Kenya (3%) dan Israel (3%). Bagian terbesar dari impor buah alpukat dari Perancis berlangsang dari Oktober sampai April, sedangkan dari Negeri Belanda dari Mei sampai Oktober.

Kerajaan Inggris mengimpor 15.900 ton (CIF $ 20,2 juta) buah alpukat dalam tahun 1992, suatu peningkatan sebesar 23% dari im dari impornya pada tahun 1988. Dalam tahun 1992 Afrika Selatan merupakan pemasok terbesar, dengan memasok 38% dari pasar buah alpukat Kerajaan Inggris, diikuti oleh Israel (22%), Spanyol (16%), dan Meksiko (5%). Impor buah alpukat dari Spanyol mencolok naik dengan 292 % dalam periode antara 1988 sampai dengan 1992. Impor dari Spanyol terutama berlangsung antara Oktober - April, sedangkan impor buah alpukat dari Israel dalam tahun 1992 meningkat dengan 105% bila dibandingkan dengan impornya dari negara ini pada tahun 1988.

Amerika Serikat. Dalam tahun 1993 Amerika Serikat mengimpor buah alpukat sebanyak 8.200 ton (CIF $ 6,7 juta), suatu penurunan yang sangat mencolok, yaitu sebesar 300%, dari impornya dalam tahun 1992 yang sebesar 24.100 ton (CIF $ 17,5 juta). Penurunan dramatis ini disebabkan oleh sangat meningkatnya produksi buah alpukat Kalifornia. Republik Dominika telah menggeser kedudukan Cili sebagai pemasok buah alpukat terbesar ke Amerika Serikat. Dalam tahun 1993 Amerika Serikat mengimpor 68% dari kebutuhannya akan buah alpukat dari Negara Dominika, diikuti dari Cili sebesar 22%. Ini merupakan kebalikan daritahun 1992, di mana Cili memasok 67% dan Republik Dominika 30%. Pemasok buah alpukat lainnya bagi pasar Amerika Serikat ialah Meksiko (6%, semuanya berupa trans-shipment), dan Bahama (4%). Laporan-laporan USDA mengenai harga-harga grosir mengemukan bahwa harga satu peti yang berisi dua lapis buah alpukat Hasse dse di Los Angeles adalah serendah $ 7,00 dalam bulan Agustus 1993 dan setinggi $ 36,00 dalam bulan Desember 1993.

Sumber referensi:
http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/alpukat/page-2
http://ryanienutrient.blogspot.com/2007/03/di-balik-rasa-alpukat-yang-legit.html
http://www.deptan.go.id/pesantren/agri-online/phguides/indo/alpukat.htm

1 comment:

  1. ada cara alternatf ga untuk membasmi ulat di pohon alpukat.sebab hama ini selalu datang setelah pohon berbuah

    ReplyDelete